Bisnis Retail secara umum adalah
kegiatan usaha menjual aneka barang atau jasa untuk konsumsi langsung atau
tidak langsung. Dalam matarantai perdagangan bisnis retail merupakan bagian
terakhir dari proses distribusi suatu barang atau jasa dan bersentuhan langsung
dengan konsumen. Secara umum peritel tidak membuat barang dan tidak menjual ke
pengecer lain.
Akan tetapi dalam praktik bisnis
retail modern saat ini tidak tertutup kemungkinan, banyak pengecer kecil
membeli barang di gerai peritel besar, mengingat perbedaan harga yang muncul
pada waktu-waktu promosi tertentu yang dilakukan oleh peritel besar.
E-Retail
merupakan salah
satu bagian dari model E-commerce yaitu Business to consumer (B2C):
Retail, sifatnya melayani pelanggan yang bervariasi. Contoh dari bisnis
E-retail itu adalah : Zalora, Lazada. Blibli, dsb. Dalam perkembangan yang
semakin pesat, maka banyak toko online / e-commerce bermunculan. Baik mereka
dengan memanfaatkan blog, social media, website. Dengan pesatnya ini membuat
semakin mudahnya dalam jual beli.
Dalam perkembangannya saat ini
dengan banyaknya bermunculan toko online di Indonesia sangat
berkembang pesat dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Mungkin hal ini
terjadi karena berkembangnya juga teknologi internet di Indonesia dan ditambah
dengan pengguna internet yang mengakses dari gadgetnya masing – masing. Karena
perkembangan inilah yang membuat bisnis online ramai dilakukan di Indonesia.
Dari yang menjual barang hingga jasa, mereka tawarkan di internet. Toko online
akan terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi, dan karakter pembeli
juga lambat laun akan berubah karena kemudahan yang ditawarkan oleh internet
dan smartphone
E-retail masih diprediksi akan terus
berkembang hingga tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor
pendukung seperti , meningkatnya masyarakat kelas menengah dan perubahan gaya
hidup, serta konsep wirausaha yang saat ini sedang berkembang pesat di
masyarakat Indonesia yang mana salah satunya berinvestasi pada dunia business
retail.
Menurut berita:
TEMPO.CO, Jakarta
-Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk, Stephane Deutsch, mengatakan
penetrasi penjualan retail secara online di Indonesia baru 1,8 persen
dari total penjualan retail. Penetrasi sebesar itu terbagi menjadi
tiga kategori besar, yaitu media, elektronik, dan pakaian. ”Untuk bisnis
makanan, angkanya masih sangat minim,” ujar dia, kemarin.
Meski masih kecil, menurut dia,
pihaknya akan masuk dalam bisnis online. Hero saat ini sedang
mengembangkan bisnis e-commerce dan melakukan ekspansi. Pada paruh
pertama 2017, Hero telah membuka dua gerai Giant Ekstra di Manado dan Malang
serta meluncurkan konsep baru untuk Hero Supermarket yang menyasar kalangan
menengah ke atas.
”Total
investasi kami mencapai Rp 302 miliar pada tahun ini. Rinciannya, 41 persen
untuk lokasi gerai, 27 persen untuk gerai baru, serta 12 persen untuk
peremajaan dan pengelolaan gerai yang ada,” kata Stephane lagi.
Tren belanja online di
Indonesia terus meningkat. Menurut Google Indonesia, hingga akhir tahun, jumlah
warga Indonesia yang berbelanja melalui e-commerce mencapai 81 juta
orang dari 100 juta pengguna Internet. “Angkanya cukup tinggi,” kata Country
Industry Head Google Indonesia, Hengky Prihatna. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia mencapai 250 juta jiwa.
Dia menuturkan, Indonesia menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk
transaksi belanja online. ”Hasil riset kami menunjukkan bahwa pada
masa depan belanja online akan semakin marak di Indonesia.”
Manajer Komunikasi Perusahaan
PT Matahari Putra Prima Tbk, Fernando Repi, menjelaskan adanya perubahan pola
konsumsi masyarakat, khususnya di kota-kota besar. Perubahan itu berpengaruh
terhadap perlambatan kinerja industri retail. Konsumen juga mulai menyisihkan
uangnya untuk bersenang-senang.
Namun, perubahan pola itu, kata
dia, belum terjadi di daerah lain. ”Untuk kota-kota kecil belum mengarah ke
sana. Mereka masih harus menabung untuk belanja kebutuhan pokok.”
Sekretaris Perusahaan Matahari
Department Store, Miranti Hadisusilo, menyatakan penutupan dua gerainya di
Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai bukan karena kalah bersaing dengan
bisnis online. ”Kami belum melihat sejauh itu.”
Ke depan, ujar dia, pihaknya
akan lebih selektif dalam memilih lokasi gerai. ”Kami optimalkan penjualan di
lokasi potensial dan strategis. Hingga akhir tahun, kami juga masih akan
membuka 1-3 gerai lagi, yaitu satu di Jawa dan dua di luar Jawa.”
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengatakan pangsa pasar yang
diambil bisnis online baru sekitar 2 persen dari keseluruhan industri.
"Online memang sudah mulai masuk, tapi penetrasinya belum besar.
Sifatnya baru barang-barang standar," kata dia.
Berdasarkan catatan Aprindo,
pertumbuhan industri retail pada semester pertama tahun ini hanya 3,7 persen, atau
melambat dibanding periode yang sama 2016 yang bisa mencapai 9,7 persen. ”Tapi,
ke depan, kami optimistis akan membaik,” katanya. Untuk meningkatkan performa
industri, menurut dia, dibutuhkan dukungan, khususnya dari pemerintah.
Dari
Ni Komang
Tri Agustina
15110111059
Prodi
Manajemen
Universitas
Dhyana Pura
Artikelnya sangat menarik, kunjungi juga:
BalasHapusBerita Terbaru Indonesia
Informasi Teknologi
Belajar SEO
Pola Hidup Kita
Teknik SEO
Topik Trending
Akuntansi Keuangan
Informasi Kesehatan Ina CGS
Teknologi Informasi
terimakasih